Menyingkap Misteri Museum Geusan Ulun Sumedang
Museum Geusan Ulun Sumedang |
Sebagai orang Jawa Barat rasanya belum lengkap kalau belum mengunjungi satu kota ke kota lain. Termasuk salah satu kota yang berdekatan dengan daerah saya yakni Indramayu. Kota yang berada di sebelah selatan Kabupaten Indramayu tersebut adalah Kota Sumedang.
Kata Sumedang merupakan singaktan dari “inSUn MEdal insun maDANGan”, yang artinya Insun artinya saya, Medal artinya lahir, Madangan artinya memberi penerangan. Jadi kata Sumedang sendiri mempunyai arti “Saya lahir untuk memberi penerangan”.
Kalimat “Insun Medal Insun Madangan” terucap saat Prabu Tajimalela yakni Raja Sumedang Larang I melihat langit tiba-tiba menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang (malela) selama tiga hari tiga malam.
Kata Sumedang juga ada yang menafsirkan dari kata Su yang artinya baik atau indah dan Medang adalah nama salah satu tanaman yang dikenal dengan nama Pohon Huru atau bahasa latinnya. Litsia Chinensis. Pohon Medang tumbuh subur di dataran tinggi sampai ketinggi 700 m dari permukaan laut seperti halnya Sumedang.
Meriam di Museum Geusan Ulun Sumedang |
Nama museum ini pun diambil dari Raja Pertama dan Terakhir Kerajaan Sumedang Larang yang bernama Prabu Geusan Ulun. Saya tertarik untuk mengetahui sejarah Sumedang dengan mengunjungi Museum Geusan Ulun yang terletak di Kompleks Gedung Negara Sumedang. Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk sebesar Rp.3.000,- saja.
Dengan uang sebesar itu rasanya terlalu murah dengan informasi yang saya dapatkan untuk mengungkap tentang berbagai misteri tentang Sumedang. Saat memasuki gedung museum kita akan disuguhi lukisan bupati-bupati dari Sumedang. Selain itu kita bisa melihat berbagai benda-benda yang bersejarah termasuk meriam kecil yang digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Di dalam gedung ini terdapat berbagai pakaian bupati Sumedang tempo dulu. Dari yang pakaian tradisional, pakaian prajurit, baju tolak bala zaman Pangeran Soegih (Adipati Koesoemah Adinata), pakaian untuk ke masjid hingga pakaian kebesaran untuk acara resmi. Semuanya masih tersimpan baik di gedung ini.
Keluar dari Gedung utama dari museum ini, kami langsung menuju ke Gedung Kereta. Di dalam ruangan ini terdapat kereta Naga Paksi dan replikanya. Kereta kencana Naga Paksi yang asli jarang digunakan yang sering digunakan acara sekarang adalah yang replika.
Puas berfotoria di gedung Kereta, kami langsung menuju ke Gedung Gamelan Parakan Salak. Di tempat ini terdapat berbagai macam gamelan baik yang lama maupun yang masih digunakan untuk berbagai pertunjukan seni tari khas Sumedang. Pada saat kami mengunjungi tempat ini sedang terdapat banyak anak-anak kecil yang sedang belajar tari ditemani oleh orang tuanya.
Setelah melihat anak-anak belajar tari, kami pun ke gedung pusaka. Di tempat tidak sembarangan karena terdapat banyak pusaka-pusaka bersejarah yang mempunyai nilai tinggi sehingga jika tidak digunakan maka gedung ini dikunci kembali. Beberapa ujung tombak yang mempunyai nilai tinggi diambil orang yang tidak bertanggungjawab.
Di tengah bangunan ini terdapat mahkota Binokasi yang merupakan legitimasi penerus Pajajaran kepada Prabu Geusan Ulun selaku Nalendra Sumedang Larang yang semuanya terbuat dari emas. Ada juga keris Naga Sastra milik Pangeran Kornel yang legendaris. Saat bersalaman dengan Kolonel Dendels dia berjabat tangan menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang keris Naga Sastra. Selain itu terdapat beberapa kujang Pajajaran peninggalan Prabu Geusan Ulun.
Setelah melihat pusaka kerajaan Sumedang Larang kami menuju Gedung Bumi Kaler tempat penyimpanan benda-benda bersejarah lainnya. Disini terdapat beberapa peninggalan termasuk alat-alat tulis tempo dulu. Dan yang menarik di tempat ini sudah ada stempel yang digunakan pada zaman Belanda.
Setelah melihat-lihat benda pusaka, kami ke Gedung Gendeng, disini terdapat benda-benda bersejarah seperti Puade atau tempat khitan tempo dulu, seperangkat meubeul Jepara Adipati Soeriatmadja ketika mendapat gelar pangeran dari Adipati Sosroningrat (Ayahanda dari R.A. Kartini). Selain itu ditempat ini terdapat ranjang tidur yang digunakan para bupati Sumedang tempo dulu. Di sini juga terdapat lukisan yang menggambarkan Pangeran Kornel yang berjabat tangan dengan Kolonel Deandels.
Anda juga bisa menikmati ketenangan di Museum Geusan Ulun ini, sehingga bisa diabadikan melalui foto atau video yang bisa dibagikan ke media sosial yang akan menambah kenangan Anda di Kota Sumedang ini.
Get notifications from this blog