Menyusuri Peninggalan-peninggalan China di Cirebon
Siti Hinggil Keraton Kanoman Cirebon |
Cirebon yang sudah ada sejak abad ke-14, tidak bisa dipungkiri memiliki berbagai tempat sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Peninggalan-peninggalan tersebut ada yang berasal dari peninggalan Wali Sanga dari Cirebon yakni Sunan Gunung Jati, peninggalan kolonial Belanda sampai kemerdekaan Republik Indonesia.
Cirebon memiliki peninggalan bersejarah yang tersebar di beberapa tempat. Peninggalan tersebut yang masih kokoh berdiri adalah peninggalan bangsa China. Karena dalam sejarah Cirebon, China memiliki hubungan yang erat dengan Cirebon karena Ong Tien, Puteri dari Dinasti Ming merupakan isteri dari Sunan Gunung Jati.
Maka tidak heran beberapa peninggalan dari China seperti keramik-keramik yang berusia ratusan tahun banyak tersimpan di beberapa bangunan di Cirebon seperti di setiap keraton, makam Sunan Gunung Jati, hingga klenteng dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak peninggalan-peninggalan China di Cirebon, ada diantaranya yang masih berdiri kokoh. Berikut ini beberapa peninggalan China bersejarah di Cirebon yang masih berdiri kokoh hingga kini :
Keraton Kasepuhan Cirebon |
Keraton Kasepuhan. Di keraton ini banyak sekali peninggalan bangsa China. Benda-benda seperti piring banyak tertempel di bangunan keraton. Sementara keramik dan guci masih tersimpan rapi di dalam keraton Kasepuhan Cirebon, dan museum Keraton Kasepuhan. Benda-benda tersebut merupakan peninggalan dari Putri Ong Tien, yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati dan berasal dari China.
Mereka bertemu pada saat Sunan Gunung Jati melakukan perjalanan ke China untuk menyebarkan agama Islam. Putri Ong Tien Nio jatuh hati pada Sunan Gunung Jati. Sebenarnya selain keraton Kasepuhan, beberapa keraton lain seperti Kanoman, Kacirebon dan Kaprabonan pun banyak memiliki peninggalan-peninggal dari China ini.
Masjid Cipta Rasa Cirebon. Masjid yang dibangun sejak tahun 1498 ini lokasinya tidak jauh dari Keraton Kasepuhan ini pada beberapa bagian pagarnya banyak ditempeli oleh piring keramik dari China. Masjid yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati ini masih kokoh berdiri terutama dengan tiang penyangganyanya yang menggunakan tatal atau kumpulan sisa-sisa kayu.
Keunikan dari Masjid ini adalah tidak memiliki memolo atau kubah karena kubahnya pindah ke Masjid Agung Banten. Selain itu setiap hari jumat pada saat masuk waktu shalat Jumat selalu dikumandangkan adzan Pitu atau Adzan tujuh. Adzan pitu ini dikumandangkan oleh tujuh orang secara bersamaan.
Vihara Dewi Welas Asih Cirebon. Lokasi vihara ini bersebelahan dengan Bank Mandiri Cirebon atau terletak di Jl. Kantor No. 2, Kampung Kamiran, Cirebon, atau di seberang kanan Gedung PT. BAT, Tbk Cirebon. Vihara ini dibangun sejak tahu 1595. Vihara ini merupakan vihara tertua yang ada di Cirebon.
Vihara ini ramai dikunjungi pada saat hari besar keagamaan dan waktu kebaktian yakni pada Hari Minggu pukul 7 untuk anak-anak, pukul 9 untuk umum, dan pukul 16 untuk remaja. Selain itu pada saat tanggal 1 dan 15 Candrasangkala pukul 19 untuk pembacaan Keng. Serta pada tanggal 1 dan 15 Candrasangkala pada pukul 19.
Sebelum memasuki vihara ini Anda akan menemukan lampion yang terpasang di sekitar bangunan tersebut yang menambah keindahan vihara ini. Ornamen-ornamen yang ada di bangunan ini sangat menarik. Dari mulai kayu ukirnya, hingga tulisan-tulisan dindingnya. Bangunan ini terdiri dari dua bangunan utama untuk sembahyang dan pemujaan.
Klenteng Talang. Klenteng ini lokasinya di belakang gedung PT. BAT, Tbk atau tepatnya di Jalan Talang No.2 Cirebon. Saat memasuki bangunan ini Anda akan menemukan beberapa kata yang cukup menarik yakni Kesusilaan, Kebijaksanaan, Cinta Kasih dan Kebenaran. Saat masuk ke bangunan utama terpampang silsilah dari Majapahit sampai Klenteng Talang serta beberapa foto Pendiri Khong Kaun Hwee Cirebon pada tahun 1937.
Kelenteng Talang ini sebelumnya bernama Sam Po Toa Lang. Toa-Lang artinya adalah orang-orang besar. Nama itu diambil untuk menghormati tiga tokoh besar muslim utusan dinasti Ming yang pernah singgah di Cirebon yang kini melegenda yakni Laksamana Cheng Ho, Laksamana Kung Wu Ping, dan Laksamana Fa Wan.
Pada saat memasuki bangunan klenteng ada sebuah altar yang digunakan untuk memuja Tan Sam Cay, atau Haji Mohamad Sjafi’i, Menteri Keuangan Kesultanan Cirebon tahun 1569-1585, yang diberi gelar oleh Sultan Cirebon sebagi Tumenggung Aria Dipa Wira Cula.
Bangunan Kelenteng Talang ini didirikan Tan Sam Tjay pada 1450 M sebagai tempat ibadah umat Islam Tionghoa dari Mahzab Hanafi. Konon karena kegiatan Muslim Tionghoa di Kota Cirebon waktu itu semakin berkembang pesat, maka Pusat Pengembangan Muslim Tionghoa kemudian dipindah ke Desa Sambung. Bangunan Kelenteng Talang Cirebon lalu lama kelamaan dijadikan sebagai tempat ibadah penganut Konghuchu. Tan Sam Cay sendiri akhirnya kembali memeluk Konghucu.
Kata-kata bijak di Klenteng Talang |
Di atas altar ini terdapat beberapa tulisan menarik seperti “Kebajikan Mengharukan Malaikat”. “Kebajikannya Menunggal dengan Langit dan Bumi”, dan “Mengurus Keuangan dengan Jujur”.
Di klenteng Talang ini ada hal yang menarik yakni sebuah sumur yang ada di ujung sebelah selatan dekat pagar klenteng ini. Beberapa orang yang mengalami sakit tertentu bermimpi disuruh mandi di sumur ini. Setelah dicari dan ketemu tempatnya mereka kemudian mandi di sumur tersebut. Tidak berapa lama penyakit yang menimpanya akhirnya sembuh.
Vihara Pemancar Keselamatan. Lokasinya berada di jalan Winaon No.69/26 Cirebon. Bangunan ini didirikan sejak tahun 1894. Vihara ini terlihat jelas karena berada di sudut jalan Kasunean Cirebon. Setelah masuk ke vihara ini Anda akan menemukan sebuah genta tampak di tengah atap gerbang yang menyudut di tengah, berbeda dengan bangunan kelenteng umumnya yang biasanya berbentuk pelana dan ada arca sepasang naga berebut mustika.
Di ruangan bagian depan Vihara Pemancar Keselamatan Cirebon terdapat lampion dan lonceng yang merupakan dua buah benda yang hampir selalu ada di setiap kelenteng yang saya datangi. Bedug dalam ukuran kecil j uga adadi bagian depan kelenteng. Bedug atau tambur serta kencreng biasa ditabuh dengan bunyi ritmik sewaktu ada acara karnaval.
Referensi :